Saya tidak mengira ternyata hari Jumat di sebuah desa pedalaman, seperti di Desa Melintang Kecamatan Muara Wis, merupakan sebuah hari yang sangat istimewa. Memang kalau di Tenggarong Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara, setiap hari Jumat akan ramai orang sholat jumat, biasa dan tidak istimewa malah, karena untuk ukuran kota jumlah yang sholat dan tidak ternyata banyak yang tidak.
Nah di Desa Melintang ini hari Jumat terasa sangat istimewa, bukan hanya lantaran hari itu setiap muslim laki-laki bersholat jumat, namun juga pakaian yang mereka kenakan, kendaraan yang mereka naiki, bahkan kekusyukannya melebihi kita yang di kota. Pengalaman saya ketika bertandang ke Melintang pada medio 2008 lalu, tepat hari jumat, ratusan perahu ketinting merapat ke berbagai jamban ataupun pelabuhan. Pakaian mereka para jamaah Jumat ini nampak serasi putih-putih, saya bahkan melihatnya seperti parade air ketika Malam Idul Fitri tiba, sungguh luar biasa.
Saya yang jarang sholat juga terketuk untuk turutu sholat, bersama beberapa orang kawan saya berjalan melalui jalan raya desa yang merupakan sebuah jembatan ulin panjang. Sengaja jalan desa dibuat dengan tiang karena Desa Melintang dan beberapa desa lainnya di pedalaman, memang secara periodik akan mengalami banjir atau air dalam, sehingga bangunan yang efektif memang hanyalah sebuah bangunan panggung dari Kayu Ulin.
Masjid tempat saya sholat adalah masid raya terbesar di Kecamatan Muara Wis, namanya adalajh Masjid Kesatuan Desa Melintang. Dari namanya tentu dapat kita tebak bahwa masjid tersebut memang merupakan masjid warisan masa pemerintahan Orde Baru ketika awal-awal 80-an lalu. Bangunan masjid nampak bersahaja dengan menaranya yang nampak tinggi dan kokoh, bangunanya lumayan luas dan mampu menampung hingga seribu jamaah lebih, demikian pula halamannya juga nampak luas.
Masjid ini berdinding kayu dan di bingkai dengan jendela kaca yang mengelilingi masjid, karena bangunannya cukup tinggi, sehingga apabila kita sholat di dalamnya pada siang hari yang cerah, seakan-akan kita melihat langit di depan kita, sehingga keindahan dan kekusyukan ketika menghadap sang khalik memang sangat terasa.
Ketika saya sholat Jumat hari itu 22 Februari 2008, kebetulan yang menjadi khatib adalah Ustadz Hendi dari Ponpes Hidayatullah yang kebetulan sedang melakukan perjalanan muhibah, memberikan khotbah tentang pentingnya keikhlasan beribadah kepada Allah.
Orangnya masih muda dari suku Jawa, namun kawin dengan perempuan Bugis, saya suka dengan cara bicara dan pandangannya dalam bergaul. Kebetulan saya sempat berinteraksi, orangnya pendiam namun bila berbicara cukup membuat orang-orang bebal seperti saya mendengarkannya.
Nb.Saya berdoa semoga anda sempat berkunjung ke Melintang
1 komentar:
salam kenal n salut buat blognya,, terima kasih juga sudah membantu untuk mempromosikan kampung halaman saya,,,
Posting Komentar