
Ketika itu setelah mendapatkan laporan warga tentang adanya temuan purbakala di dekat Jembatan 27 Januari Sangasanga Dalam, ia beserta jajaran anggota Polsek segera bergerak mengamankan TKP. Agar guci yang berisikan tulang-tulang dan tengkorak manusia tersebut aman dari tangan tidak bertanggung jawab, akhirnya ia memerintahkan Guci untuk di bawa ke Polsek.
Ia melihat seorang perempuan dengan warna tubuh merah darah, menampakkan diri. Atas kehadian tersebut akhirnya Kapolsek memerintahkan mencari orang pintar atau paranormal, untuk berhubungan dengan makhluk supranatural itu. Berdasarkan dialog dengan paranormal, para makhluk yang sempat menteror Kapolsek Sangasanga itu, memang berasal dari Guci.
Mereka adalah roh dari orang-orang yang tengkoraknya ada dalam guci atau tajau tersebut. Kedatangannya bukan untuk mengganggu tetapi hanya memberikan peringatan agar keburan mereka jangan diganggu dan tajau-tajau itu dikuburkan kembali di dalam tanah.
Memang lokasi penemuan Guci itu letaknya sangat strategis sebagai pemakaman kuno. Letaknya berada di puncak bukit yang kakinya langsung turun pada Sungai Sangsanga, lokasi itu kini memang terletak di pinggir jalan raya. Bahkan di dekatnya akan dibangun sebuah terminal domestik.
2 komentar:
memang peninggalan kuno harus menjadi perhatian publik,dan harus dijaga dengan baik.
ya bung Bert, saya kira semua peninggalan kuno terutama yang menyangkut aspek budaya, adalah warisan yang harus kita lindungi
terima kasih
ariankula
Posting Komentar