Jumat, 19 Juni 2009

Kalimantan Timur Bigfoot


Kalimantan Timur ternyata memiliki si Kaki Besar bigfoot. Posting ini bukan cerita isapan jempol semata, namun saya ceritakan sesuai pengalaman dari mereka yang pernah melihatnya secara langsung. Dari beberapa informasi yang saya himpun, penampakan Bigfoot yang seringkali terlihat adalah di pesisir Timur Kaltim.

Tepatnya disekitar Kecamatan Anggana Kutai Kartanegara, yang memang masih memiliki banyak hutan lebat dan kawasan Delta Mahakam yang merupakan Muara Sungai Mahakam, dimana banyak terdapat pulau-pulau terpencil yang belum terjamah manusia hingga kini.

Seperti diceritakan Bapak Taher usia 56 tahun, seorang warga Kutai keturunan Bugis Bone yang lahir di Muara Pantuan Kecamatan Anggana. Ia mengaku pernah kontak langsung dengan Bigfoot, bahkan membunuh salah satu diantaranya. Peristiwa itu terjadi pada sekitar tahun 1970an ketika itu ia bersama 5 orang kawannya, termasuk seorang tetua kampung melakukan perburuan kijang dikawasan antara Kecamatan Anggana dan Muara Badak.

Setelah berangkat sejak pagi hari, mereka belum mendapatkan satu ekorpun kijang. Perjalanan terpaksa dilanjutkan hingga ke pedalaman Anggana dekat Muara Badak. Tepatnya kawasan itu sekitar Desa Handil Terusan sekarang, memasuki senja hari tiba-tiba anjing mereka menyalak dengan riuh dan berlarian kearah yang hutannya lebih lebat.

Tidak seperti biasanya kini teriakan anjing mereka seperti ketakutan dan disela-sela suaranya terdengar suara lengkingan aneh seperti suara orang utan yang sedang marah. Dan ketika mereka mendapati tempat tersebut, beberapa anjingnya telah mati dengan kondisi robek akibat sentakan yang sangat keras. Kemudian beberapa meter kemudian mata mereka tertumbuk pada sosok mahluk berbulu hitam dengan tinggi dua meter lebih sedang dikerubuti anjing pemburu mereka.

Apabila salah satu anjing terlalu dekat dan ia dapat menangkap, maka anjing tersebut ditarik dua kakinya hingga robek dan terbelah. Menurut Bapak Taher atas perintah pimpinan rombongan yang juga seorang lato (Jagoan) di desa mereka, akhirnya berenam mereka mengeroyok mahluk itu. Apabila ditombak maka tombak mereka ditangkapnya kemudian dilemparkan ke tanah.

Cukup lama mereka mengeroyok mahluk itu sehingga suatu saat tombak Taher mengenai dadanya. Namun anehnya apabila kena tombak, bukannya dicabut tetapi malah ditarik hingga tembus ke belakang, kemudian darahnya dijilati sendiri sambil menyeringai dengan gigi besar menonjol ke depan.

Akhirnya ketika hari telah memasuki gelap, mahluk tersebut jatuh dan mati. Oleh Taher dan kawan-kawannya jasad si Bigfoot kemudian digantung dengan tali di sebatang pohon yang cukup tinggi, hal ini dilakukan lantaran ada semacam kepercayaan mereka, mahluk yang berhasil dibunuh itu bukan sembarang mahluk tetapi merupakan jelmaan mahluk gaib.

Menurut Taher dari perjumpaan itu ia masih dapat mengingat ciri-cirinya, yaitu tinggi badan sekitar 2 meteran. Kaki besar dan berotot, namun tungkainya kaku sehingga tidak bisa terlalu menekuk ke belakang, dengan demikian jalannya kaku dan bila menoleh terpaksa memutar badan dahulu.

Makluk itu memiliki bulu hitam yang besar-besar menyerupai duri pohon kapuk, darahnya merah dan memiliki suara mirip manusia namun juga mirip kera (orang utan). Bukan jenis orang utan, karena orang utan ketika itu mudah ditemui manusia. Memiliki mata cekung dan merah, seringainya nampak mengerikan namun dalam perkelahian tidak pintar sehingga dapat dibunuh.

Memiliki tenaga kuat terbukti dengan mudahnya ia merobek anjing pemburu dengan sekali tarikan hingga terbelah. Ketika ditemukan dalam keadaan sendirian dan nampak sakit, sehingga mudah ditaklukkan.

Keterangan Bapak Taher tersebut, mengingatkan kita pada jenis bigfoot yang saat ini memang menjadi salah satu misteri fenomena dunia. Beberapa waktu lalu di kalimantan utara dan Malaysia memang pernah ramai dibincangkan tentang penampakan bigfoot kalimantan. Apakah ini salah satunya belum diketahui dengan pasti, karena kejadiannya telah lama sekali berlangsung.

Namun hal itu tidak menutup kemungkinan, karena sebelunya banyak orang yakin Kalimantan tidak memiliki gajah. Namun akhir-akhir ini gajah-gajah kerdil tersebut malah masuk kampung, diwilayah Malinau sehingga membatalkan pendapat para ahli yang mengatakan tidak mungkin ada gajah asli kalimantan.

Tidak ada komentar: