Jumat, 15 November 2013

Kemacetan (Mungkin) Tanggung Jawab Pemerintah


Simpang 4 Air Putih Samarinda, Sebagai Ibu Kota Propinsi Infrastruktur jalan 
di kota ini  sangat tidak memadai, jalannya sangat sempit  tidak sesuai
dengan laju pertumbuhan kendaraan dan proyeksi pertambahan jumlah 
penduduk yang banyak berdatangan dari daerah lain terutama dari Pulau Jawa
Akhir-akhir ini hampir di seluruh kota besar di Negara kita Indonesia tercinta ini mengalami kemacetan. Setiap ibu kota propinsi yang merangkap jadi pusat ekonomi tiap daerah,  plus Ibukota Negara RI yang juga merangkap sebagai pusat ekonomi nasional  mengalami kemacetan yang sangat memusingkan terlebih lagi apabila jam sibuk yaitu jam kerja dan ketika pulang bekerja serta ditambah akhir pecan di wilayah tertentu  pada setiap daerah.

Berbagai kajian telah disampaikan berbagai pihak mengenai biang kemacetan dan cara mengatasinya. Di berbagai media nasional sangat sering bahkan hampir tiap pagi siang dan malam, dibahas masalah kemacetan lalu lintas ini. Seringakli juga diberitakan silang pendapat atau perbedaaan pandangan antara Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, dan Gubernur Jokowi Widodo dari Daerah Khusu Ibu Kota (DKI) Jakarta.

Presiden memandang bahwa masalah kemacetan ini adalah tanggung jawab kepala daerah, dalam hal ini gubernur pada tiap daerahnya, dan salah satu yang disebut adalah daerah ibu kota Negara yaitu Jakarta. Presiden mengaku ditanya oleh rekannya sesama pemimpin ASEAN lainnya tentang kemacetan di Jakarta, sebagai Ibukota Negara memang Jakarta bukan hanya menjadi perhatian rakyat Jakarta dan Indonesia saja juga bagi para pemimpin Negara tetangga terkait dengan kepentingan bisnis dan strattegis mereka di Indonesia.

Pernyataan presiden ini mendapat tanggapan dari Jokowi yang justru melemparkan pernyataan bahwa, kemacetan Jakarta juga tanggung jawab pusat. Jokowi yang merasa seolah olah dikritisi oleh presiden juga menegaskan bahwa keputusan pemerintah pusat dengan mobil murahnya itulah yang menyebabkan kemacetan makin para di Jakarta dan daerah lainnya.

Sampai pada titik ini silang pendapat yang sengit terjadi antara para Jokowisme sejati (istilah saya bagi mereka yang pro kebijakan Jokowi secara mutlak tanpa boleh dibantah), dengan para pengamat lain yang melihat permasalahan secara proporsional.

Tetapi saya juga tidak akan ikut mengkritisi Jokowi karena selain takut di serang para Jokowisme, juga tidak pada tempatnya saya warga daerah Kaltim yang jauh dari Jakarta dan jarang sekali ke Jakarta untuk ikut-ikutan bicara Busway dan MRT ataupun mobil murah yang katanya akan memacetkan Jakarta.

Karena tiap daerah tentunya memiliki karakteristik masing masing, sehingga ahlinya seharusnya orang yang tahu tentang daerah itu sendiri bukan tiba-tiba dari daerah lihat lihat terus coba-coba dan berteori dalam kebijakan karena kebijakan yang masih sebatas teori terlihat dari tidak matangnya hasil. Salah obat bukan semakin baik tetapi semakin parah itu pasti.

Bagi daerah saya Kalimantan Timur, yang meliputi Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi dan Balikpapan sebagai pusat ekonomi, ditambah Tenggarong Kutai Kartanegara, Bontang, dan Samboja sebagai penyangga, kemacetan belum begitu parah. Tetapi sudah mulai sangat terasa di Samarinda dan Balikpapan pada jam kerja yang itu berangkat dan pulang.

Beberapa waktu lalu ketika mencuci mobil, saya sempat terlibat debat kusir dengan seorang pengusaha yang memiliki mobil Honda CRV. Entah karena terlalu lama menunggu sehingga yang bersangkutan boring dan bĂȘte, basi basi mengalir ke masalah kemacetan Samarinda yang mulai terasa sehingga menganggu aktivitas bisnis setiap orang.

Si pengusaha yang tidak saya tahu namanya ini dengan logat Sulawesi yang kental, mengatakan bahwa masalah kemacetan ini dirinya setuju dengan ucapan Gubernur DKI Jokowi bahwa kemacetan disebabkan oleh adanya mobil murah dan kredit  mobil yang mudah.

Sehingga tiap orang dapat membeli mobil, dan tipikal warga kita yang tidak mau kalah saing, juga membuat penjualan mobil dengan cara kredit Berjaya  sehingga jalanan makin dipenuhi kendaraan roda 4 dan 2 yang dimiliki bahkan oleh warga kurang mampu secara finasial untuk memberli mobil itu sendiri dan dipaksakan demi agara tidak kalah dengan tetangga.

Saya sendiri mobil saya murah karena hanya bermerek Xenia dan saya beli secara kredit. Yang saya rasakan adalah saya sangat merasa terbantu dengan mobil murah ini, karena saya bisa beraktivitas tepat waktu dan pergi kemanapun tanpa terganggu dengan rute angkutan umum daerah ini.

Saya sendiri tidak merasa gaya dengan mobil murah ini, karena ketika belum punya mobil saya naik angkutan umum dari samarinda ke Tenggarong, kalau ke terlalu sore seringkali saya diturunkan dari angkutan samarinda tenggarong di tengah jalan karena kurang penumpang, saya dititipkan pada mobil lainnya.

Belum lagi angkutanya si sopir menyetir semaunya, kursinya dari kayu papan atau kota, dan mobilnya adalah mobil Cold tahun 1980an yang dulu ketika saya kecil saya naik itu juga. Pengalaman saya naik bis dari Balikpapan Samarinda tidak dapat tempat duduk, berdiri juga tidak bisa sehingga duduk di lantai tengah bus, dan busnya melakukan aksi kebut sehingga penumpang banyak yang takut dan berteriak minta sopiranya pelan.

Saya juga pernah naik taksi bandara dari Sepinggan ke Samarinda, dan taksi-taksi ini sungguh sangat mengerikan mereka melaju dengan kecamatan melebihi 100 km/jam dan mendahului mobil atau kendaraan lain di tikungan yang di jalan antara Balikpapan – Samarinda tidak ada jalan lurus kecuali sedikit di wilayah Kecamatan Samboja Kutai Karatanegara.

Apabila ingin ke daerah kota tertentu yang berada dipinggiran atau pedalaman, seringkali tidak terjangkau angkutan umum dan infrastruktur jalan sendiri sangat tidak mendukung untuk angkutan umum. Sehingga bagi yang sayang nyawa lebih baik menggunakan kendaraan sendiri.

Peran pemerintah terutama pemerintah daerah juga sangat penting, seperti Kota Samarinda, Balikpapan, Tenggarong, dan Bontang, yang hingga saat ini jalannya rata-rata sempit semua, terlihat tidak memiliki visi ke depan tentang estimasi jumlah pengguna jalan dalam hitungan beberapa tahun ke depan. Terlihat pemerintah baik provinsi Kaltim dan kota maupun kabupaten, masih berpikir seperti tahun 1980an ketika mobil dan motor jarang berada di jalanan.

Keengganan pemerintah untuk melakukan peleberan lahan dengan alasan terbentur pada masalah pembebasan terlalu  mengada-ngada. Karena pada setiap rumah, setiap kendaraan yang ada di jalan, dan setiap manusia yang bernapas, semua membayar pajak, baik itu PBB, kendaraan, restoran, pajak hiburan, bahkan ketika bayi baru lahir ke dunia juga sudah membayar pajak melalui rumah bersalin.

Kenapa pemerintah takut untuk membebaskan lahan, dana tinggal anggarkan. Dari pada dianggarkan untuk studi lahan gambut dan pengelolaan rawa ke belgia dan norwegia. Atau biaya operasional sidak yang tidak pernah ada progresnya. Lebih baik dianggarkan untuk pembebasan lahan guna pelebaran jalan.

Selain itu anggarkan juga untuk  pembangunan angkutan massal, seperti jalur bus antar kota dalam provinsi dan saran kereta api. Dengan demikian akan terjadi banyak pilihan oleh rakyat untuk bepergian. Saya bila ada sarana umum dan massal yang representatif tentu memilih angkutan umum karena sangat menghemat uang dan tenaga.

Untuk saat ini saya masih setia dengan Xenia saya mobil murah sejuta umat dan irit bahan bakar hehe. Karena angkutan umum seperti di kaltim ini masih sangat mahal dan tidak nyaman. Kalaupun nyaman juga kadang mobilnya membalap, sehingga menurut mobil murah itu untuk sementara menolang rakyat menengah.

Senin, 11 November 2013

Andai Jokowi Menjadi Presiden

Seandainya jokowi jadi presiden, yang ada dalam pikiran saya pertama kali adalah aksi peduli menyambangi rakyatnya yang terkenal dengan istilah blusukan. Terbayang jokowi akan melakukan blusukan dari sabang sampai merauke dari timor sampai ke talaud betapa banyak waktu dan energi serta biaya untuk blusukan itu. 

Jokowi Berseragam Satgas PDIP ketika Mendampingi Megwati pada
peringatan Harlah Pancasila, nampaknya Mega ingin
menegaskan bahwa Jokowi hanya kader biasa di PDIP  (photo Kompas)

Andai pak jokowi yang sekarang lagi di sayang banget sama media dan para pendukungnya jadi presiden tentu beliau akan mengatakan mengatasi persoalan indonesia itu gampang kok, tinggal keberanian untuk eksekusinya dan akan terbayang di mata rakyat indonesia pak jokowi akan mampu menyelesaikan persoalan secara instan paling tidak hanya dengan setahun pemerintahannya indonesia akan terentaskan dari jurang kemiskinan pengangguran dan kelemahan skill ekonomi.

Para buruh dan para pengusaha akan bekerja sama karena mendapatkan solusinya. 
Banjir banjir di berbagai kota, gempa bumi, letusan gunung berapi , bahkan berbagai persoalan lainnya akan teratasi. 

Terbayang dalam benak saya pak jokowi nampaknya harus menjadi manusia super meski kostumnya hanya kemeja kotak2 tapi itu kemeja super bisa bergerak cepat, berpikir cepat dan mengatasi persoalan secara cepat. 
Bagaimana kehadirannya tiba tiba ada di aceh kemudian di jakarta untuk bertemu presiden amerika, yang berkunjung menawarkan aneka kerja sama dan bantuan militer hasil dari  nguping pembicaraan rahasia para petinggi indonesia yang ternyata masih butuh sangat bantuan mereka.

Trus terbayang ketika menginjak tahun ke dua pak jokowi yang kurus itu ternyata kelelahan akibat harus blusukan ke seluruh indonesia dan akhirnya kecapean serta bingung mau dahulukan program yang mana di indonesia dan rakyat yang kadung percaya pada kekuatan super sang jokowi mulai kurang sabar dan teriak teriak menagih janji. 
Media yang jadi darlingnya pak jokowi mulai cuci tangan dan melihat bahwa sisi negatif pak jokowi mulai laku di jual. Sehingga berita tentang beliau bukan lagi karya atau kinerjanya tetapi tentang pribadinya.

Suatu saat pak jokowi yang tegas itu lelah mendapat sorotan sehingga beliau mulai membantah dan bantahannya terlihat seperi curhat  justru mbuat media makin senang menyudutkan beliau sebagai tukang curhat. 

Happy B'day 12 Nopember


Hari ini adalah Ultahmu yang ke 28,  12 Nopember adalah ultahmu yang selalu tidak pernah kulewatkan. Dulu ketika bersama aku biasa berada di sampingmu pada tanggal –tanggal sekitar 12 Nopember ini. Dan bila aku jauh biasa aku tetap menelponmu  dan mengucapkan Happy B’day tepat pukul 00 setiap malam tanggal 12 Nopember  ini.

Namun telah lebih satu tahun ini kita berpisah, bukan hanya secara fisik, tetapi secara hati dan cinta kita berpisah. Bagimu perpisahan ini harus di lakukan demi kebahagiaan kita masing-masing lantaran sebuah hal yang tidak bisa kita satukan dan atasi, bagimu kita tidak mungkin terus bersama tetapi harus berjalan pada jalan masing masing untuk mendapatkan kebahagiaan, sehingga kita kembali  pada peraduan kita masing-masing.

Bagiku keputusan itu sangat menyakitiku secara fisik dan psikisku. Aku drop bukan hanya pada psikisku tapi juga fisikku, bagiku hanya denganmu aku ingin melabuhkan kebahagiaan, tetapi kamu tetap dengan keputusanmu. Aku menerima meskipun tidak ikhlas tetapi aku terima dan siap dengan segala konsekuensinya.

Sekarang pada 12 Nopember 2013 ini akau sengaja memposting untukmu, tentang pencarian batinku terhadap cintamu. Teringat kebersamaan kita di Pantai Losari, di Makassar dan semua perjalanan mimpi kita yang harus di tinggalkan dalam kubangan masa lalu. Kini aku sendiri tanpamu namun tetap mengingatmu dan selalu begitu seperti yang dulu.

Dalam perjalanan kesedihan ini aku berjalan ke setiap tempat yang aku kira dapat membuat aku lupa akan dirimu, namun justru walaupun jauh aku tetap ingat padamu.

Seperti perjalananku ke Jogjakarta beberapa waktu lalu, di Pantai Parangtritis Laut Selatan. Kukira keindahan pantainya dapat membuat aku lupa dirimu, namun justru suasana pantai yang penuh cinta membuat aku terpancak diam bergeming di di pantai laut selatan.

Dalam lensa kameraku yang kuarahkan pada tiap sudutnya, kulihat pantai ini dipenuhi semangat hidup yang tinggi justru ketika senja tiba. Para kusir dokar dengan kudanya, para penjaja minuman, para ibu dengan anaknya, para bapak dengan keluargnya dan gadis gadis yang melamun memandangi ombak.

Dalam lensaku juga tertangkap momen-momen penuh cinta bagi mereka yang datang bersama pasangannya, ada yang berlari, berpegangan tangan, dan berphoto. Sungguh ini mengingatkan aku akan dirimu dan betapa aku iri bahwa mereka sungguh dapat menikmati cintanya bersama-sama.

Andai dirimu datang bersamaku, tentu kita dapat membuat momen yang sama juga dengan mereka. Terbayang momen –momen ketika kita bersama selama 3 tahun lebih dan akhirnya harus berpisah.

Namun dengan segala yang kurasakan ini, malam   ini kuucapkan Happy B’day buatmu dan semoga panjang umur dan mendapatkan kebahagiaan yang kamu cari, Selamat hari jadi semoga bertemua dan bersama lagi suatu saat nanti.

Kemarin nulis di FB ucapan Happy B'day buat kamu tapi salah tulis tanggal yaitu tangga 11 padahal maksudnya tanggal 12 bulan 11.

Jumat, 08 November 2013

Galery Perjalanan Ke Maloy



Photo ini adalah galery photo dari perjalanan ke Desa Maloy Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur, tanggal 06 Nopember 2013 lalu. Dari Maloy perjalanan dilanjutkan Ke Pulau Senumpas yang berada di Tepi Laut berhadapan dengan Selat Makassar, yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI) merupakan sebuah jalur lalu lintas laut internasional.

Membaca tentang Maloy di berbagai Media cetak lokal dan nasional,  di berbagai media itu terutama media lokal yang di sewa halamannya oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Maloy digambarkan sebagai daerah yang maju pesat perkembangannya dengan adanya pembangunan Pelabuhan peti kemas Internasiona.

Dalam berbagai pemberitaan itu  setiap wilayah Maloy dan Kutim selalu telah maju sekian persen pembangunannya, khusus Maloy telah dibangun jalan bebas hambatan atau tol yang akan mempersingkat jarak dan mempermudah akses untuk pengangkutan nantinya.

Namun ketika saya tiba di Sangatta ternyata hampir 60 persen jalan yang ada di kota ini masih rusak dan dalam perbaikan, sama ketika beberapa bulan lalu saya melakukan perjalanan ke Sangatta dan Teluk Lombok. 

 Lebih jauh lagi perjalanan ke Sangkulirang melalui Bengalon, sepanjang perjalanan menemui jalan yang tidak ada semenisasinya dan aspal. Kalaupun ada semen dan aspal itu juga tidak seberapa meter, dan akan tetap bertemu jalan rusak. Tidak diketahui tanggung jawab pemerintahan pada level mana mengenai jalan jalan ini, apakah jalan provinsi atau kabupaten. Namun tidak semestinya jalan - jalan ini selalu rusak parah.

Sedangkan pelabuhan internasional Maloy yang selalu dikatakan sebagai ikon kemajuan Kutai Timur dan Kalimantan Timur, yang katanya telah menunjukkan progres yang maju dan siap menjadi lokomotif percepatan pembangunan, tidak lebih dari tumpukan proyek yang terkesan sepi dan beberapa tumpukan koral serta truk- truk rusak di sisi daratnya.


Sedangkan di sisi lautnya nampak beberapa kapal Pedangkang dari sulawesi dan dua kapal api pengangkut peti kemas juga berlabuh. Namun suasananya sunyi dan tidak menampakkan gambaran tentang pelabuhan internasional Maloy yang sudah tersohor dan bahkan dijadikan modal oleh Gubernur untuk mengklaim Kaltim layak jadi Ibu Kota RI menggantikan Jakarta karena memiliki dua pelabuhan laut internasiona yaitu Maloy dan Kariangau.




Mengupdate Masa Lalu Di Senumpas


Sahabat, tahukah kamu tentang Pulau Senumpas? Sebuah tempat di sudut utara  Kabupaten Kutai Timur (Kutim).  Senumpas adalah nama sebuah pulau yang pernah mengukir sejarah masa lalu, dari Kerajaan Kutai Kartanegara pada tahun 1930-an lalu.

Sejarah historis penyebaran dan pembinaan keagamaan oleh kerajaan melalui Ketua Mahkamah Kutai, yaitu Pangeran Noto Igomo yang merupakan seorang ulama keturunan para habib.

Senumpas terletak di Desa Maloy Kecamatan Sangkulirang Kutai Timur, saat ini nama Maloy sangat terkenal di kalangan media massa daerah dan nasional, setelah Gubernur Kalimantan Timur Dr Haji Awang  Farouk Ishak, mencanangkan Maloy sebagai Pelabuhan Internasional yang melayani pelayaran dan sebagai pelabuhan peti Kemas Internasional.

Berbicara tentang Maloy yang digambarkan di media massa ternyata jauh berbeda dengan Maloy yang saya kunjungi. Apabila Maloy di berbagai media lokal yang di sewa halamannya oleh pemerintah provinsi dan kabupaten, daerah ini bagaikan telah menjadi daerah metropolitan dengan pelabuhan internasional dan infrastrukturnya yang sangat maju.

Namun pengalaman pada perjalanan tanggal 6 Nopember 2013 lalu, sungguh membuat gundah  “bodi” yang hatinya lagi galau ini. Sepanjang perjalanan dari Sangatta ibu kota Kabupaten Kutai Timur, saya merasakan jalan yang selalu jelek. Tidak lagi berlubang tapi sangat rusak dan belum diperbaiki sejak perjalanan pertama saya beberapa bulan lalu ke daerah itu.

Bahkan perjalanan dari Sangatta ke Kecamatan Bengalon yang merupakan kecamatan yang cukup ramai, jalan tidak kunjung juga mulus. Walaupun ada yang beraspal atau di semenisasi, itu tidak berapa meter kembali rusak. Sopir yang mengantar kami tanpa maksud berkelakar mengatakan bahwa jalan yang dilalui telah baik bagi para sopir, yang penting ada agregadnya bukan jalan tanah liat.

Tapi meskipun perjalanan hingga Sangkulirang dan memutar ke Maloy, yang memakan waktu hingga 4 jam 30 menit itu terasa sangat bergoyang dan meloncat, dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Namun panorama sepanjang perjalanan, sangat indah sehingga perasaan galau dan bodi yang kacau balau, masih kalah dengan keindahan yang ada.

Tampak sepanjang perjalanan di Maloy Gunung Sekerat berjejer bagai benteng, daerah yang menjadi tempat latihan perang  gabungan tetap dan rutin dari TNI. Berbicara kembali tentang Maloy, adalah sebuah daerah sepi, dan lebih sepi lagi pada tahun 1960-an.

Warga Maloy saat ini adalah para keturun Pangeran Noto Igomo dan pengikutnya, yang pada tahun 1930-an akhir datang ke Pulau Senumpas yang berhadapan dengan Maloy dari sisi Timur.  Senumpas adalah daerah pembinaan agama Islam dan tempat bercocok tanam serta berkebun warga, mulai dari padi dan ubi-ubian hingga kelapa.

Ketika Jepang datang pada tahun 1943 Maloy bahkan pernah akan di Bom namun tidak jadi karena para pilot Jepang ketika itu tidak menemukan koordinat Senumpas sehinga kembali ke pangkalannya di Sepinggan dan Tarakan.

Setelah Pangeran Noto Igomo kembali ke Tenggarong, pada tahun – tahun berikutnya lambat namun pasti Senumpas mulai meredup. Bahkan para habib yang menjadi keturunan langsung dari Pangeran Noto Igomo, yang meneruskan ajaran orang tuanya di kawasan itu juga satu persatu berpulang kepada pencipta, karena factor usia.

Sehingga pada tahun 1977  ketika  zaman banjirkap yaitu zaman booming penebangan kayu di Kalimantan Timur, dan di Maloy berdiri berbagai perusahaan, warganya kemudian berpindah secara drastis dari Senumpas ke Maloy. Dan akhirnya Senumpas menjadi pulau tidak berpenghuni sama sekali, dari jumlah warganya yang ribuan ketika itu menjadi kosong sama sekali.

Kini ketika saya melakukan perjalanan ke Senumpas, terlihat pohon – pohon kelapa yang tinggi menjulang sebagai bagian memori masa lalu Senumpas yang indah. Masih tersisa pantai dan mangrovenya yang indah, bersama pusara dari para penghuni Senumpas di masa lalu.


Hanya pusara dan kesunyian yang tersisa dari Senumpas, bahwa kematian adalah tanda kesetian dari warganya untuk tetap menghuni Pulau indah ini. Ketika yang hidup berjalan di muka bumi ke berbagai arah, untuk mencari rejeki yang ditebarkan Tuhannya setiap fajar, maka yang berpulang perlahan menyatu dengan setiap butiran tanah di Senumpas.

Minggu, 03 November 2013

Tidak Setuju Kaltim Jadi Ibu Kota RI


Wacana nasional untuk memindahkan Ibu Kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta di Pulau Jawa, ke Pulau Kalimantan. Sudah sejak era Presiden RI pertama Ir. Sukarno, hingga pada Presiden Ke DR. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).  Tentu saja yang paling ramai mendapat tanggapan adalah wacana yang terlontar dari SBY. Berbagai macam komentar dan analisa di kemukakan, dan sebenarnya ternyata banyak yang "merindukan" untuk memindahkan Ibu Kota RI ini ke Kalimantan.

Di kalimantan sendiri tentu saja ramai juga tangapannya, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Selatan semua menyatakan siap untuk menjadi Ibu Kota Negara, atau pusat pemerintahan RI. Wacana lokal yang terbaru adalah pernyataan Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak, yang mengatakan bahwa Kaltim siap jadi Ibu Kota RI.

Dalam pernyataan di berbagai media lokal Kaltim seperti diturunkan http://www.tribunnews.com, Awang menyatakan bahwa Kaltim memiliki semua persyaratan yang dibutuhkan sebuah wilayah untuk menjadi Ibu Kota RI. Awang merincikan, bahwa Kaltim berada di daerah yang dekat dengan Timur Indonesia, saat ini memiliki dua pelabuhan peti kemas internasional yang ada di Kariangau dan Maloy. Pelabuhan peti kemas itu langsung melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). Memiliki Bandara Intersional tersibuk ke 3 di Indonesia setelah Sukarno Hatta di Jakarta dan Ngurah Rai di Bali.
Banjir Di Samarinda

Demikianlah wacana itu di lontarkan Gubernur dengan mengatas namakan rakyatnya di Kaltim. Gubernur yang menang tipis terhadap pesaing terdekatnya pada Pilgub Kaltim 2013 di tengah tingginya angka Golput ini, sangat yakin bahwa kepindahan Ibu Kota RI Ke Kaltim akan membawa manfaat kepada rakyatnya. Tidak terpikir efek sosial dan berbagai persoalam kemasyarakatan komplek akan terjadi dan tidak terpikir untuk memberikan ruang perlindungan kepada warganya, melalui sebua Perda misalnya atau berbagai kebijakan yang berpihak pada warga Kaltim itu sendiri.

Saya sendiri sebagai warga Kaltim yang masih terbilang muda, tidak terlalu setuju terhadap pemindahan Ibu kota RI ke Kaltim meskipun hanya sebatas wacana saja.  Sebagai pemuda asli kalimantan saya melihat banyak ketertinggalan warga kaltim, terutama warga asli yang ternyata tidak siap atas persaingan. Skill warga asli tidak pernah diasah dan dilatih untuk bertahan dalam era persaingan modern.

Meski saat ini relatif anak anak mereka mampu bersaing, namun masih banyak yang akhirnya menyingkir ke pinggiran kampung dan hutan. Yang kemudian mereka menjual tanahnya pada perusahaan batu bara yang melakukan eksplorasi di hampir seluruh wilayah kaltim. Banyak yang kaya mendadak untuk kemudian jatuh miskin lagi beberapa tahun kemudian, dan ada yang tetap bertahan.

Namun apapun itu lebih baik Kaltim tidak ikut-ikutan buat menjadi ibu kota Negara, karena Kaltim yang ada saat ini jauh lebih baik dari pada jadi Ibu Kota. Biarlah Kalteng atau Palangkaraya yang menjadi ibu Kota RI atau tetap saja di Jakarta. Karena seperti juga Jakarta, Samarinda Ibu Kota Provinsi Kaltim, selalu di landa Banjir asalkan ada hujan lebat satu jam saja. Selain itu kubangan lumpur hampir selalu tidak pernah hilang di Samarinda. 

Apabila Ibu Kota Ri dipindahkan ke Kaltim meski tidak di Samarinda, tentunya akan terintegrasi dengan samarinda Balikpapan dan Tenggarong Serta Samboja dan Muara Jawa. Semua daerah ini sudah bolong bolong oleh tambang batu bara, Balikpapan meskipun tidak ada tambang wilayahnya cuma kawasan pantai yang sempit dengan perbukitan di barat dan utaranya, dan Balikpapan juga tidak bebas banjir. 

Sabtu, 02 November 2013

Nopember 2013

Setelah sekian lama aku stagnan kehilangan ide menulis di blog ini, hari ini kuputuskan untuk mulai menulis tanpa ide.  

Tanpa ide dan tidak usah memiliki pokok pikiran serta misi tulisan yang muluk-muluk, yang penting menulis saja. Sangat sayang blog kaki langit kalimantan  (http://ariankula..blogspot.com) yang saya launching sejak tahun 2005 lalu, terbengkalai tidak terurus sehingga keberadaannya tidak memberikan manfaat bagi bloger, atau pembaca lain.

Memasuki Nopember 2013 banyak perististiwa yang ingin saya catatkan di blog ini, kisah pribadi, tentang hati, perjalanan hidup, keinginan yang ingin dicapai. Nopember 2013 ini juga adalah bulan penting bagi hari jadi seseorang yang pada tahun ini memasuki usia 28 tahun pada 12 Nopember nanti. Selamat hari jadi buat kamu, tidak terasa waktu terus berlalu dan menjadikan kita semua dewasa secara usia, perjalanan makin mendaki dan makin dekat pada ujungnya.

Dewasa secara usia namun nampaknya belum memberikan dampak sepositif yang kita inginkan. Cerita yang ingin dirajut justru adalah kisah sendu, yang membuat kita berjalan perrlahan-lahan seperti kehilangan harapan. Namun apapun itu Selamat Hari Jadi dan semoga kita bertemu suatu saat nanti dalam kondisi yang lebih baik dan waktu menjadi milik kita.

Kembali pada keinginanku buat menenyemarakkan lagi blog ini, idenya hari ini adalah dengan hunting photo makro di kebun belakang ruumah. Kemarin setelah kuperhatikan banyak serangga-serangan kecil di belakang yang dapat jadi objek photo makro. Saya memang hobby photografi tetapi tidak pandai photografi hehe, apabila kawan - kawan ingin melihat photo-photo saya bisa kunjungi instagram saya : ariankula atau FB : ariankula@gmail.com, dan twitter saya : arian_kula.

Sama dengan blog saya, baik FB, Twiiter, juga Instagram saya sudah beberapa bulan ini juga tidak terurus. Persoalannya selain kesibukan yang sangat tinggi (maklum kejar setorang buat hidup) juga beberapa bulan lalu saya pernah jatuh sakit sampai dua bulan baru sembuh. dan Sekarang baru mulai fit kembali.

Okelah kalau begitu, bagi para bloger atau pembaca dunia maya yang sedang berselancar dan kebetulan singgah di bloh saya, selamat membaca. Dan semoga kebaikan juga menaungi anda semua.