Selasa, 04 Agustus 2009

Menebang Rumbia

Beberapa waktu saya sempat mengabadikan beberapa petani di Tenggarong, sedang menebang pohon rumbia. Kegiatan ini sangat jarang dan termasuk unik di Tenggarong, karena sagu bukan merupakan makanan pokok warga di Kutai Kartanegara.
Biasanya orang kutai lebih suka makan nasi sebagai makanan pokok mereka di banding sagu, jagung, dan ubi yang biasa hanya disuguhkan sebagai makanan pelengkap saja.


Karena penasaran saya mengikuti kegiatan mereka, ternyata yang dilakukan adalah, menebang rumbia untuk diambil isi batangnya sebagai makanan ternak itik yang merekapelihara. Menurut para petani ini, rumbia sangat cocok untuk pakan itik petelur karena selain murah juga mengandung karbohidrat.




Sebelumnya mereka memberi makan itiknya dengan keong, namun akhir-akhir ini keong yang semula merajalela di berbagai pelosok Tenggarong, mulai langka akibat sering dimusnahkan karena seringkali menjadi hama perusaka tanaman padi para petani.
Kemudian mereka beralih pada dedak sisa kulit padi, namun akhir-akhir ini harga dedak sendiri melambung tinggi sehingga rumbia menjadi alternatif.





Satu pohon rumbia harganya hanya Rp.75 ribu rupiah, satu pohon cukup sebagai pakan itik selama 2 minggu, dengan jumlahnya sekitar 200 ekor lebih. Sedangkan harga dedak satu karung sebesar Rp.25 ribu rupiah dan tahan hanya sekitar 4 hari saja.
Dengan demikian rumbia menjadi alternatif makanan murah dan sehat bagi itik.


Biasanya rumbia ditebang ramai-ramai, kemudian batangnya dipotong-potong untuk dihanyutkan ke sungai Tenggarong guna memudahkan membawanya.
Setelah sampai di kandang, batangnya kemudina dibelah menjadi empat bagian, dan segera diserut dengan alat khusus, sehingga menghasilkan makanan bagi itik.

Tidak ada komentar: