Sebuah Lokasi Tambang di Tepi Jalan SangaSanga Muara Jawa (photo: ariankula) |
Sanga
Sanga adalah sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, pernah
mencapai masa keemasannya pada tahun 1930an, dan selama masa-masa awal
kemerdekaan. Kala itu Sanga Sanga sangat gemerlap dan dikatakan sebagai salah
satu kota metropolitan di Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura,
kemajuan itu berkat ditemukannya sumber minyak di louise 1 Sanga Sanga, dan
atas perjanjian antara perusahaan minyak Belanda dengan Kesultanan maka
mulailah ekplorasi.
Alam yang hijau berubah seperti planet Mars, kering penuh debu (photo:ariankula) |
Jumlahnya
tidak tanggung-tanggung untuk kecamatan
seluas 233,4 km2, Sanga Sanga
memiliki ratusan lahan tambang yang
dimiliki berbagai perusahaan baik legal maupun ilegal. Dampaknya, mulai dari
menurunnya kualitas udara, bencana banjir bandang lumpur, bocah tennggelam di
kolam tambang. Bahkan yang terakhir adalah putusnya jalan desa akibat ekplorasi
tambang yang lupa daratan.
stockfile di tepi sungai sanga sanga (photo:ariankula) |
Jalan Budiyara Kelurahan Sanga Sanga Muara jalannya ambruk akibat aktivitas pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan. Perusahaan batu bara hanya mementingkan keuntungan tanpa memikirkan kepentingan warga, dan apabila terjadi persoalan selalu saja hanya ramai bagaikan pepatah hangat tahi ayam,. Tidak seberapa lama semua kasus akan mengendap entah di mana dan peruahaan beroperasi kembali seolah tidak ada persoalan.
Sepanjang
jalan dari Samboja ke Muara Jawa, hingga Sanga Sanga tambang memang terlihat
berkuasa. Mereka tidak hanya membabat hutan dan mengubah topografi alam tanpa
kajian lingkungan. Bahkan melakukan loading atau pengangkutan batu bara di
jalan umum, sepanjang Samboja Muara Jawa dan Sanga sanga.
batu bara inilah yang membuat para penambang lupa pada lingkungan (photo:ariankula) |
Tidak
hanya monopoli Kutai Kartanegara, bahkan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur,
Samarinda, telah terkepung tambang. Sama
seperti Sanga Sanga ratusan KP telah mengepung Samarinda, akibatnya
dapat dirasakan ketika hujan turun, air dengan cepat menggenangi jalanan di
Kota Samarinda.
Sampai
pada tahap ini saya teringat pada seorang teman wartawan salah satu harian di
daerah ini beberapa tahun lalu. Bahwa semboyan “Bangga Membangun Kaltim ketika
itu baiknya di ganti saja dengan “Bangga Merusak Kaltim.
jajaran kapal penarik ponton standby di muara sanga sanga (photo:ariakula) |
Ketika itu dengan nada bergurau tapi juga tersinggung saya bilang; kamu ini sudah numpang cari makan di daerah saya, kok sukanya mencela” Teman saya itu menjawab; “ siapa yang mencela, coba kamu lihat semua di runtuhin, bukit dijadikan danau, rawa dan sungai di timbun, apa namanya tidak merusak lingkungan?” katanya.
Dan
sekitar 10 tahunan sejak itu yakni pada tahu 2013 ini, omongan mencela teman
saya itu memang benar adanya. Hasil dari eksplorasi sumber daya alam yang tidak
melalui kajian bersunguh-sungguh, memang memberikan dampak merusak dan akibatnya
telah dirasakan masyarakat.
sanga sanga kota pahlawan yang kini membutuhkan pejuang lingkungan untuk membela rakyatnya (photo:ariankula) |
Anda mungkin tidak tinggal di Kaltim anda mungkin di Jakarta, di Singapuran dan lainnya, namun kerja anda di tempat kami membahayakan lingkungan kami.
Para
pemangku kebijakan daerah, jika ada cara untuk tidak merusak lingkungan kita
kami mohon, ambil kebijakan itu sebelum terlambat.
Walaupun mungkin ada ipar anda, saudara anda
Walaupun mungkin ada ipar anda, saudara anda
suami, atau istri anda juga ikut menambang, tetapi bantulah
kami untuk menjaga lingkungan.
Jangan selalu cuci tangan apabila telah terjadi kerusakan dengan pura pura marah, padahal anda semua tidak benar benar marah.
Jangan selalu cuci tangan apabila telah terjadi kerusakan dengan pura pura marah, padahal anda semua tidak benar benar marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar